Senin, April 13, 2009
Penggugah jiwa Vony
KISAH KLISE KU
Vony adalah gadis yang cantik dan manis dikampusnya. Tidak hanya manis juga rupawan wajahnya namun dia juga smart. Berkulit kuning langsat tidak kurus juga tidak gemuk. Tidak tinggi juga tidak pendek. Kesemuanya adalah seimbang dan proporsional. Wajahnya sangat bersahabat dan mudah tersenyum. Temannyapun banyak, tidak hanya laki-laki tapi juga perempuan. Ia cukup lincah dan pandai bergaul dengan dosen. Sehingga namanya juga terkenal dikalangan para dosen. Suatu ketika dia mengambil mata kuliah yang sama dengan si Badrun.
Badrun adalah pria yang sedikit pendiam tapi kalau sudah akrab dia bisa rame seperti yang lainnya. Otaknya tidak begitu pintar, dia tipe yang sedang-sedang saja. Wajahnya juga. Tidak tampan. Kulitnya yang gelap dan tidak kekar seperti pria-pria lain dikampusnya. Temannya lumayan banyak. Singkat cerita Badrun dan Vony terlibat dalam kelompok diskusi kampus. Walhasil mereka saling kenal dan akrab. Akrab sebatas teman, soalnya Vony udah punya pacar. Pacarnya ganteng, putih, smart dan berkantong tebal, asisten dosen.
Suatu ketika Vony curhat lewat sms kepada badrun, si badrun ini emang dasar belum pernah pacaran, jadi ketika Vony curhat Badrun menanggapinya sekena dia saja. Tiap kali curhat lewat sms, Badrun Cuma menasehati, “udah.. jangan dipikirin..”. selalu kalimat itu yang ia tulis sebagai reply curhatan Vony.
Badrun sendiri sadar, Vony udah punya pacar, jadi dia selalu jaga jarak. Setiap sudah mulai agak dekat ia menjauh lagi. Padahal dihati Badrun sebenarnya juga suka sama si Vony. Wajahnya yang imut itu yang ia suka. Vony akhirnya merenung juga. Ia mencoba membandingkan antara Badrun teman sekampusnya dengan Mas Rio pacarnya yang ‘super komplit’ masuk keriteria calon suami idaman. Sudah cakep, asdos, juga bukan dari keluarga yang berekonomi lemah atau pas-pasan.
“Kalo dibandingin, bersyukur deh seharusnya gue udah dapet Mas Rio. Tapi aku masih penasaran sama si jelek itu( Badrun). Semakin aku jauh dari si Badrun, tapi malah semakin ingin ketemu dengannya… um… kalau soal nyaman atau tidak nyaman, memang lebih nyaman dengan Mas Rio. Selain wajahnya yang cakep dan tidak ngebosenin dipandang, dia juga pandai melucu. Kalau si Badrun… enggak begitu asyik sih. Agak pendiem tapi kalau udah ngobrol… nyambung sich nyambung… tapi…” kata Vony sambil menggigit-gigit pulpennya.
“ Tapi… soal wajah enggak usah dipikirin. Anggep aja ganteng. Walaupun sebenarnya enggak!. Kan katanya cinta tidak ada hubungannya dengan wajah yang ganteng, yang penting kalau udah sering jalan juga ntar terbiasa sendiri – cinta datang karena terbiasa. Itu satu.. trus yang kedua adalah masalah masa depan. Masa depan Mas Rio terjamin. Dia Asdos, kedua orang tuanya ekonomi mapan. Sementara Badrun, masih samar. IPK aja pas-pasan. Haduuuh… berattt.. Setiap ditanya dia selalu bilang “yang namanya jagoan selalu kalah duluan…”. Nah, setiap bilang gitu, Vony selalu menyela “ Kalo gitu kapan episode menangnya…”. Nah kalao udah kepepet dengan omongan Vony, Badrun selalu berkilah “Aku sich percaya, bagi yang enggak percaya. Ya… terserah… aku sich 101 persen percaya. Bahwa jagoan selalu menang belakangan”. Kalao udah gitu biasanya Vony selalu diem sambil manyun. Itu yang kedua, masa depan masih samar alias masih burem. Yang ketiga adalah urusan keuangan, kalau ini masalah rejeki tiap orang. Ini urusan tuhan… sedikit-sedikit Vony juga tahu mengenai rejeki itu ditangan Tuhan.
Sekeras usaha sampai banting tulang kalau emang takdirnya rejekinya pas-pasan ya… mau gimana lagi. Toh, katanya orang dulu… ketika si istri menyemangati suami mencari rejeki maka si suami akan semakin giat dalam berusaha. Itulah nikmatnya hidup. Didalam hidup itu ada ceritanya. Tidak sekedar nebeng kekayaan orang tua yang kebetulan dilahirkan memang sudah masuk golongan orang yang mampu. Melainkan ada usaha dari si perempuan untuk terus menyemangati si suami untuk mencari nafkah” Kini Vony manggut2 sambil tersenyum sambil membayangkan.
Point ke 3 yang bisa diambil, rejeki itu mistery, kalau sekarang ada kita engga tahu besok masih ada atau enggak. Yang terpenting ada niat dan usaha keras dari personalnya.
Kemudian Vony curhat dengan sahabat karibnya si Putri. Si putri setuju banget dengan 3 point yang diceritakan kepada Putri ketika Vony curhat dengannya. Kemudian Putri melengkapi “yang jelas kedua pasangan itu melengkapi dan saling mensupport! Hanya itu saja. Memahami, melengkapi dan mensupport!
Setelah mendengar ucapan Putri, Vony terhenyak. Ia baru sadar ada point ke empat yang tidak pernah terfikir olehnya. Yaitu melengkapi dan saling support. Kemudian Vony mulai membandingkan. Apakah aku dengan Mas Rio melengkapi? TIDAK!! Mas Rio memiliki hampir sama dengan apa yang aku miliki. Dia cakep aku hehe..cantik sich,, dia pandai aku pun pandai, dia kaya aku juga!! Kemudian, apakah saling support? IYA!! Itu karena kita sering jalan bersama. Mana ada kita pacaran tidak saling mensupport.
Ia membandingkan dengan si Badrun, apakah melengkapi?? YA! Soalnya Badrun itu punya semangat yang luar biasa namun otaknya saja yang tidak mampu dan Vony punya otaknya. Biarlah Vony jadi otaknya dan Badrun adalah tangan dan kakinya. Toh kalaupun sudah jadi pasangan misi dan visi juga harus disamakan. Bayangkan, kalau tidak ada otak, apa otak bisa berjalan sendiri? Bukankah otak juga butuh partner kerja yaitu tangan dan kaki untuk melangkah dan menjalankan misi tersebut? Betul bukan?!
Biarlah jadi otak, asal misi dan visi kita sama. Karena dalam suatu hubungan sudah tidak ada “kau” dan “aku”. Kesemuanya melebur jadi satu “kita”. Begitu pula manusia, dia tidak akan disebut manusia utuh kalau salah satu organnya tidak utuh. Tapi masak, cewek didepan dan cowok dibelakang?? Apa kata dunia??
Cewek didepan untuk mengajari, setelah cowok mahir maka cowoklah yang didepan. Dialah yang akan menjadi pelindung cewek. Karena dihati cowok ada sebuah kebanggaan jika ia lebih dari pasangannya. Dan pasangannya (cewek) akan lebih dihormati oleh cowok ketika si cewek mau mengajari cowok untuk menjadi “JAGOAN” di kehidupannya. Ceile..
Seketika Vony bertanya kepada Putri, “ bukankah kesamaan itu malah memudahkan misi dan visi put, seperti kesamaan ku dengan Mas Rio?”. Kemudian Putri menjawab dengan santai. “ ada yin ada yang, ada yang naik ada yang turun, tidak selamanya yang naik dan tidak turun-turun, tidak ada pula yang stuck di bawah selamanya. Semuanya itu butuh perjuangan. Hidup itu ya perjuangan. Hidup itu ketika kita pernah merasakan sakit dan sehat. Hidup itu ketika kita pernah merasakan masakan yang pedas yang membuat kita gerah atau makan ice yang membuat tenggorokan merasa sejuk. Tidak ada gunanya hidup dan bukan namanya hidup jikalau semulus jalan tol. Jikalau hidup itu seperti makan bubur saja. Begitu masuk mulut langsung masuk perut. Sementara orang lain menikmati makan nasi dan sayur yang perlu dikunyah. Kemudian ditanya, apakah enak makan bubur setiap hari, semetara ribuan orang diluar sana merasakan indahnya hidup dengan perjuangan. Sekarang semua pilihan ada ditangan kamu, bahwa kesamaan terkadang tidak sejalan dengan visi dan misi”
Vony segera menggembangkan senyumnya. Ia bergegas menghampiri badrun yang kebetulan sedang duduk sambil membaca di perpustakaan kampus.
“ Badrun, minjem pulpen dong”
“ Minjem? Belii dong.. hehehe…” Ujar badrun sambil tersenyum dengan senyum khasnya. Senyum khas yang sedikit aneh bagi orang lain yang melihatnya kecuali Vony karena terbiasa.
“ He he he… “. Vony ketawa dengan senyum manisnya.
Saat itu pula Badrun dadanya berdesir kencang sambil melihat wajah cantik nan manis teman sekelasnya itu. Sementara hati Badrun masih terus mengelak, “ ah jikalau memang aku berniat mendekati dia, aku bukanlah pria yang pantas dengan dirinya, sungguh kasihan dia jika memang mendapatkanku. Yang aku tunggu adalah uluran dari Vony, jika memang Vony mengulurkan “tangannya” aku pasti akan menyambutnya! Dan jika memang dia suka apa adanya aku, lihat saja! dunia kan menjadi saksi kesungguhanku untuk memberikan yang terbaik untuknya!! “
Badrun, you are great man!!
Badrun adalah pria yang sedikit pendiam tapi kalau sudah akrab dia bisa rame seperti yang lainnya. Otaknya tidak begitu pintar, dia tipe yang sedang-sedang saja. Wajahnya juga. Tidak tampan. Kulitnya yang gelap dan tidak kekar seperti pria-pria lain dikampusnya. Temannya lumayan banyak. Singkat cerita Badrun dan Vony terlibat dalam kelompok diskusi kampus. Walhasil mereka saling kenal dan akrab. Akrab sebatas teman, soalnya Vony udah punya pacar. Pacarnya ganteng, putih, smart dan berkantong tebal, asisten dosen.
Suatu ketika Vony curhat lewat sms kepada badrun, si badrun ini emang dasar belum pernah pacaran, jadi ketika Vony curhat Badrun menanggapinya sekena dia saja. Tiap kali curhat lewat sms, Badrun Cuma menasehati, “udah.. jangan dipikirin..”. selalu kalimat itu yang ia tulis sebagai reply curhatan Vony.
Badrun sendiri sadar, Vony udah punya pacar, jadi dia selalu jaga jarak. Setiap sudah mulai agak dekat ia menjauh lagi. Padahal dihati Badrun sebenarnya juga suka sama si Vony. Wajahnya yang imut itu yang ia suka. Vony akhirnya merenung juga. Ia mencoba membandingkan antara Badrun teman sekampusnya dengan Mas Rio pacarnya yang ‘super komplit’ masuk keriteria calon suami idaman. Sudah cakep, asdos, juga bukan dari keluarga yang berekonomi lemah atau pas-pasan.
“Kalo dibandingin, bersyukur deh seharusnya gue udah dapet Mas Rio. Tapi aku masih penasaran sama si jelek itu( Badrun). Semakin aku jauh dari si Badrun, tapi malah semakin ingin ketemu dengannya… um… kalau soal nyaman atau tidak nyaman, memang lebih nyaman dengan Mas Rio. Selain wajahnya yang cakep dan tidak ngebosenin dipandang, dia juga pandai melucu. Kalau si Badrun… enggak begitu asyik sih. Agak pendiem tapi kalau udah ngobrol… nyambung sich nyambung… tapi…” kata Vony sambil menggigit-gigit pulpennya.
“ Tapi… soal wajah enggak usah dipikirin. Anggep aja ganteng. Walaupun sebenarnya enggak!. Kan katanya cinta tidak ada hubungannya dengan wajah yang ganteng, yang penting kalau udah sering jalan juga ntar terbiasa sendiri – cinta datang karena terbiasa. Itu satu.. trus yang kedua adalah masalah masa depan. Masa depan Mas Rio terjamin. Dia Asdos, kedua orang tuanya ekonomi mapan. Sementara Badrun, masih samar. IPK aja pas-pasan. Haduuuh… berattt.. Setiap ditanya dia selalu bilang “yang namanya jagoan selalu kalah duluan…”. Nah, setiap bilang gitu, Vony selalu menyela “ Kalo gitu kapan episode menangnya…”. Nah kalao udah kepepet dengan omongan Vony, Badrun selalu berkilah “Aku sich percaya, bagi yang enggak percaya. Ya… terserah… aku sich 101 persen percaya. Bahwa jagoan selalu menang belakangan”. Kalao udah gitu biasanya Vony selalu diem sambil manyun. Itu yang kedua, masa depan masih samar alias masih burem. Yang ketiga adalah urusan keuangan, kalau ini masalah rejeki tiap orang. Ini urusan tuhan… sedikit-sedikit Vony juga tahu mengenai rejeki itu ditangan Tuhan.
Sekeras usaha sampai banting tulang kalau emang takdirnya rejekinya pas-pasan ya… mau gimana lagi. Toh, katanya orang dulu… ketika si istri menyemangati suami mencari rejeki maka si suami akan semakin giat dalam berusaha. Itulah nikmatnya hidup. Didalam hidup itu ada ceritanya. Tidak sekedar nebeng kekayaan orang tua yang kebetulan dilahirkan memang sudah masuk golongan orang yang mampu. Melainkan ada usaha dari si perempuan untuk terus menyemangati si suami untuk mencari nafkah” Kini Vony manggut2 sambil tersenyum sambil membayangkan.
Point ke 3 yang bisa diambil, rejeki itu mistery, kalau sekarang ada kita engga tahu besok masih ada atau enggak. Yang terpenting ada niat dan usaha keras dari personalnya.
Kemudian Vony curhat dengan sahabat karibnya si Putri. Si putri setuju banget dengan 3 point yang diceritakan kepada Putri ketika Vony curhat dengannya. Kemudian Putri melengkapi “yang jelas kedua pasangan itu melengkapi dan saling mensupport! Hanya itu saja. Memahami, melengkapi dan mensupport!
Setelah mendengar ucapan Putri, Vony terhenyak. Ia baru sadar ada point ke empat yang tidak pernah terfikir olehnya. Yaitu melengkapi dan saling support. Kemudian Vony mulai membandingkan. Apakah aku dengan Mas Rio melengkapi? TIDAK!! Mas Rio memiliki hampir sama dengan apa yang aku miliki. Dia cakep aku hehe..cantik sich,, dia pandai aku pun pandai, dia kaya aku juga!! Kemudian, apakah saling support? IYA!! Itu karena kita sering jalan bersama. Mana ada kita pacaran tidak saling mensupport.
Ia membandingkan dengan si Badrun, apakah melengkapi?? YA! Soalnya Badrun itu punya semangat yang luar biasa namun otaknya saja yang tidak mampu dan Vony punya otaknya. Biarlah Vony jadi otaknya dan Badrun adalah tangan dan kakinya. Toh kalaupun sudah jadi pasangan misi dan visi juga harus disamakan. Bayangkan, kalau tidak ada otak, apa otak bisa berjalan sendiri? Bukankah otak juga butuh partner kerja yaitu tangan dan kaki untuk melangkah dan menjalankan misi tersebut? Betul bukan?!
Biarlah jadi otak, asal misi dan visi kita sama. Karena dalam suatu hubungan sudah tidak ada “kau” dan “aku”. Kesemuanya melebur jadi satu “kita”. Begitu pula manusia, dia tidak akan disebut manusia utuh kalau salah satu organnya tidak utuh. Tapi masak, cewek didepan dan cowok dibelakang?? Apa kata dunia??
Cewek didepan untuk mengajari, setelah cowok mahir maka cowoklah yang didepan. Dialah yang akan menjadi pelindung cewek. Karena dihati cowok ada sebuah kebanggaan jika ia lebih dari pasangannya. Dan pasangannya (cewek) akan lebih dihormati oleh cowok ketika si cewek mau mengajari cowok untuk menjadi “JAGOAN” di kehidupannya. Ceile..
Seketika Vony bertanya kepada Putri, “ bukankah kesamaan itu malah memudahkan misi dan visi put, seperti kesamaan ku dengan Mas Rio?”. Kemudian Putri menjawab dengan santai. “ ada yin ada yang, ada yang naik ada yang turun, tidak selamanya yang naik dan tidak turun-turun, tidak ada pula yang stuck di bawah selamanya. Semuanya itu butuh perjuangan. Hidup itu ya perjuangan. Hidup itu ketika kita pernah merasakan sakit dan sehat. Hidup itu ketika kita pernah merasakan masakan yang pedas yang membuat kita gerah atau makan ice yang membuat tenggorokan merasa sejuk. Tidak ada gunanya hidup dan bukan namanya hidup jikalau semulus jalan tol. Jikalau hidup itu seperti makan bubur saja. Begitu masuk mulut langsung masuk perut. Sementara orang lain menikmati makan nasi dan sayur yang perlu dikunyah. Kemudian ditanya, apakah enak makan bubur setiap hari, semetara ribuan orang diluar sana merasakan indahnya hidup dengan perjuangan. Sekarang semua pilihan ada ditangan kamu, bahwa kesamaan terkadang tidak sejalan dengan visi dan misi”
Vony segera menggembangkan senyumnya. Ia bergegas menghampiri badrun yang kebetulan sedang duduk sambil membaca di perpustakaan kampus.
“ Badrun, minjem pulpen dong”
“ Minjem? Belii dong.. hehehe…” Ujar badrun sambil tersenyum dengan senyum khasnya. Senyum khas yang sedikit aneh bagi orang lain yang melihatnya kecuali Vony karena terbiasa.
“ He he he… “. Vony ketawa dengan senyum manisnya.
Saat itu pula Badrun dadanya berdesir kencang sambil melihat wajah cantik nan manis teman sekelasnya itu. Sementara hati Badrun masih terus mengelak, “ ah jikalau memang aku berniat mendekati dia, aku bukanlah pria yang pantas dengan dirinya, sungguh kasihan dia jika memang mendapatkanku. Yang aku tunggu adalah uluran dari Vony, jika memang Vony mengulurkan “tangannya” aku pasti akan menyambutnya! Dan jika memang dia suka apa adanya aku, lihat saja! dunia kan menjadi saksi kesungguhanku untuk memberikan yang terbaik untuknya!! “
Badrun, you are great man!!
0 Responses to "Penggugah jiwa Vony"
Posting Komentar